Perseteruan Sengkuni dan Patih Gandamana

Gandamana baratayuda


 Prabu Tremboko di Kerajaan Pringgadani dihadap putra-putrinya, yaitu Dewi Arimbi, Raden Brajadenta, Raden Brajamusti, Raden Brajalamatan, dan Raden Brajawikalpa. Mereka sedang membicarakan Raden Kalabendana yang kini telah berusia dua bulan, serta Raden Arimba yang diutus pergi ke Kerajaan Hastina untuk menyampaikan surat berisi permintaan maaf Prabu Tremboko kepada Prabu Pandu.

Tidak lama kemudian Raden Arimba datang dan melaporkan bahwa surat tersebut telah dititipkan kepada Arya Suman yang mengaku sebagai adik Prabu Pandu. Ini karena Arya Suman bercerita bahwa Prabu Pandu sedang marah-marah kepada para menteri, sehingga Raden Arimba merasa takut jika langsung menghadap kepadanya.

Baru saja Raden Arimba selesai bercerita, tiba-tiba Arya Suman datang bersama Raden Suyudana dan Raden Dursasana. Arya Suman memperkenalkan dirinya kepada Prabu Tremboko sebagai adik Prabu Pandu. Ia lalu mengabarkan bahwa Prabu Pandu bertambah marah setelah membaca surat tadi, bahkan merobek-robek surat tersebut.

Prabu Pandu telah menuduh Prabu Tremboko bersikap kekanak-kanakan, karena tidak mau menghadap hanya demi untuk merayakan kelahiran anaknya. Kini, Prabu Pandu memerintahkan Patih Gandamana untuk menjemput paksa Prabu Tremboko yang dianggap telah membangkang. Prabu Tremboko merasa heran mengapa Prabu Pandu marah dan merobek-robek suratnya yang berisi permintaan maaf tersebut.

Arya Suman pun menjelaskan bahwa akhir-akhir ini sikap Prabu Pandu berubah menjadi pemarah karena sering mendapat hasutan dari Patih Gandamana. Arya Suman mengaku telah berusaha membela Prabu Tremboko di hadapan Prabu Pandu, namun Patih Gandamana terlalu pandai bicara dan berhasil meyakinkan Prabu Pandu bahwa Prabu Tremboko berniat memberontak.

Mendengar itu, Prabu Tremboko sangat marah. Ia berterima kasih kepada Arya Suman yang peduli kepada dirinya. Raden Arimba lalu diperintahkan untuk memimpin pasukan raksasa menghadang Patih Gandamana. Raden Arimba beserta pasukan raksasa Pringgadani berangkat menghadang Patih Gandamana yang berjalan seorang diri tanpa pengawal. Tanpa banyak bicara, para raksasa itu langsung menyerang Patih Gandamana.

Karena diserang tiba-tiba, Patih Gandamana pun berusaha membela diri. Tadinya ia hanya bertahan tanpa membalas. Namun, karena dikeroyok terus-menerus, akhirnya kesabaran Patih Gandamana habis juga. Ia pun mengerahkan ilmu kesaktian untuk melawan para raksasa itu, membuat mereka kewalahan dan mundur.

Raden Arimba ditemui Arya Suman yang mengatakan bahwa untuk mengalahkan Patih Gandamana harus menggunakan tipu muslihat. Ia pun menjelaskan bahwa di perbatasan Kerajaan Pringgadani terdapat sebuah sumur beracun yang dikenal dengan nama Sumur Upas. Arya Suman lalu mengajarkan bagaimana caranya menjebak Patih Gandamana agar masuk ke dalam sumur tersebut.

Setelah mendapat petunjuk dari Arya Suman, Raden Arimba segera maju kembali. Ia berteriak-teriak menantang dan mengejek Patih Gandamana. Pada dasarnya Patih Gandamana memang pemarah. Begitu mendengar ejekan tersebut, ia langsung mengerahkan Aji Blabak Pengantol-antol untuk menerjang Raden Arimba. Sesuai rencana, Raden Arimba pun berlari ke arah Sumur Upas.

Patih Gandamana melompat sambil mengerahkan ilmu kesaktiannya. Dalam beberapa lompatan ia sudah mendekati Raden Arimba. Namun, begitu melompat untuk yang terakhir, Raden Arimba berhasil menghindar, dan Patih Gandamana pun tercebur masuk ke dalam Sumur Upas.


Sengkuni



Begitu melihat Patih Gandamana sudah masuk ke dalam perangkap, Arya Suman segera memerintahkan Raden Suyudana dan Raden Dursasana untuk menceburkan batu-batu besar ke dalam sumur. Raden Arimba dan adik-adiknya ikut membantu. Dalam waktu sekejap Sumur Upas pun berubah menjadi semacam bukit yang kokoh karena tertimbun oleh bebatuan.

Arya Suman yakin Patih Gandamana pasti tewas terkena gasoline beracun di dalam sumur tersebut. Andaikan Patih Gandamana selamat dari gas beracun, Tetap saja ia mati tertimpa bebatuan yang ditimbunkan ke dalam sumur tadi. Raden Arimba berterima kasih atas bantuan Arya Suman.

Ia pun menawarkan jamuan makan kepada satria dari Plasajenar tersebut. Namun, Arya Suman menolak. Ia mohon pamit hendak pulang ke Kerajaan Hastina untuk merebut kedudukan patih. Ia berjanji apabila menjadi patih maka hubungan Kerajaan Hastina dan Pringgadani akan pulih kembali seperti sediakala. Setelah berkata demikian, Arya Suman dan dua keponakannya pun berangkat meninggalkan tempat itu.

2 Comments

Previous Post Next Post

Contact Form