Sradda Agung - Upacara kremasi seorang Raja


Sraddha Agung


 Candi di Jawa Timur adalah tempat menaruh abu jenazah seorang raja yang telah dikremasi dan menunggu 12 tahun lamanya untuk distanakan dalam sebuah candi yang megah. . Prosesi tersebut disebut dengan upacara Sraddha Agung.

Saat ini sebagian candi-candi tersebut berdiri kokoh dan sebagian tinggal puing-puing bongkahan yang terserak. Bahkan sebagian juga lenyap musnah. Dengan bantuan sumber historislah candi-candi tersebut bisa dilacak. 

Tetapi perubahan nama desa terkadang menjadi kesulitan yang hampir mustahil untuk dilacak. . Seperti mengurai benang kusut yang harus jeli dan sabar menguraikan sepotong demi sepotong. Seperti spektrum reruntuhan candi besar dengan ragam hias yang sangat indah, berciri Singasari, Majapahit, dan Melayu, di sebuah punden keramat di Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. 

Batuan candi ini, beberapa arca, dan ragam hias telah dipindahkan di sebelah barat dari candi Jawi, serta disekitar punden terdekat termasuk prasasti tahun 1268 Saka atau 1346 Masehi yang sangat berhubungan dengan candi ini. Tentu tahun ini menjadi petunjuk atas eksistensi dan sejarah candi ini. Tahun ini bersamaan dengan Mpu Adityawarman menduduki tahta Melayu Darmasraya di Sumatra. 

Tahun ini pula diduga bersamaan dengan upacara sradda agung yaitu 12 tahun meninggalnya ayah Adityawarman yaitu Adwayabrahman. Adwayabrahman yang bergelar Mahamantri menjadi petunjuk jika beliau adalah seorang pangeran Singasari. 

Saudara Gayatri Rajapatni dalam untaian kalimat prasasti Manjusri di candi Jago di Tumpang, Malang, Jawa Timur. Sehingga keduanya merupakan putra dan putri Raja Kertanegara (1268-1292)M Singasari . Upacara Sraddha agung tahun 1346 M dilaksanakan pada masa pemerintahan Maharani Tribhuwanawijayo Tunggadewi (1328-1350) M diatas tahta Majapahit.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form