Senopati Wastra Majapahit Laksamana Mpu Nala

 Tahun 1339-1341 Seluruh Nusantara bagian barat berturut-turut diserang dan ditaklukkan armada Kerajaan Majapahit pimpinan Laksamana Mpu Nala. Dimulai dengan menghancurkan Kerajaan Pasai, selanjutnya menuju Jambi dan Palembang. Kemudian mereka menaklukkan Langkasuka, Kelantan, Kedah, Selangor, Tumasik (Singapura).

Mpu Nala


Selanjutnya armada Majapahit mendarat di Tanjungpura, menundukkan Sambas, Banjarmasin, Pasir, dan Kutai. Dalam waktu 7 tahun setelah dikumandangkan "Sumpah Palapa", seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya sudah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Armada Majapahit dengan kekuatan 40.000 prajurit menjadi sesuatu kekuatan dahsyat tak ada tandingannya di Asia Tenggara ketika itu di masa kejayaan Majapahit. Dengan demikian, Nusantara bagian barat sepenuhnya sudah bersatu di bawah panji kerajaan Majapahit, kecuali Kerajaan Sunda.

Tahun 1343 / Bali diserang dan berhasil ditaklukkan Kerajaan Majapahit. Serangan oleh armada Kerajaan Majapahit ini di bawah komando Mahapatih Gajah Mada. Tahun 1343 / Mahapatih Gajah Mada dibantu oleh Laksamana Mpu Nala memimpin armada laut Majapahit dengan kekuatan 3.000 prajurit menuju wilayah timur Nusantara untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang bersikap dingin atau mencoba melepaskan diri.

Kerajaan itu antara lain: Bali, Lombok, Sumbawa, Seram, Sulawesi, Dompo. Seluruh wilayah timur Nusantara telah disatukan, termasuk Pulau Irian, Sanggir Talaud, sampai Kepulauan Filipina Selatan. Pasukan kekuatan Majapahit tidak semuanya berasal dari pusat pemerintahan.

Armada Laut Majapahit


Namun, hampir dua per tiga justru berasal dari Kerajaan Melayu dan gabungan beberapa dari kerajaan di wilayah Jawa yang sudah mengakui kekuasaan Kerajaan Majapahit. Konon rahasia kekuatan laut Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletaknya pimpinan yang dipegang oleh Mpu Nala sebagai panglima tertinggi.

 Mpu Nala dalam membangun kekuatan laut yang tersohor kala itu, beliau menemukan sejenis pohon raksasa yang dirahasiakan lokasinya, untuk membangun kapal-kapal Majapahit yang berukuran besar di masa itu.

Persenjataan kapal-kapal Majapahit berupa meriam Jawa. Konon Gajah Mada kecil pernah diasuh oleh tentara Mongol yang dikirim Kublai Khan menyerbu Jawa guna membalas penghinaan yang dilakukan oleh Prabu Kertanegara mencoreng-coreng wajah utusan Tiongkok yang menuntut agar Singosari tunduk di bawah kekuasaan Tiongkok.

Gajah Mada diajarkan oleh pengasuhnya orang Mongol itu mengenai prinsip senjata api sederhana. Selanjutnya Gajah Mada mengembangkan senjata api itu untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Majapahit ciptaan Mpu Nala yang istimewa itu, hingga mampu merajai wilayah di perairan Selatan (Nan Yang).

Keturunan Mpu Nala terus melanjutkan kepemimpinan militer Majapahit. Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya apalagi militer laut sudah demikian parah dalam melakukan tindak korupsi di wilayah kekuasaan masing-masing, sehingga rakyat tidak lagi menghormati kekuasaan pemerintahan pusat.

Dan menurunkan wibawa Majapahit di kalangan kerajaan taklukannya. Di masa kehancuran itu Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya. Sehingga seperti yang terjadi kemudian, kekuatan laut yang tersohor di Nan Yang itu saling bertempur satu kapal dengan kapal yang lain.

Salah satu kisah peperangan Mpu Nala : Tahun 1350, Laksamana MpuNala mengadakan ekspedisi ke Nansarunai dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang. Di Nansarunai ia memakai nama samaran Tuan Penayar dan bertemu dengan Raja Raden Anyan, bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas, serta Ratu Dara Gangsa Tulen.

Laksamana Mpu Nala sangat kagum melihat begitu banyak barang-barang terbuat dari emas murni, ketika ia dipersilahkan untuk melihat-lihat perlengkapan pesta adat di ruangan tempat bermusyawarah. Yang sangat dikagumi oleh Laksamana Mpu Nala, ialah sokoguru balai adat yang terbuat dari emas murni juga dimana dibagian atasnya bermotif patung manusia.

Setelah kembali ke Majapahit, Laksamana Mpu Nala berpendapat, untuk menundukkan Nansarunai, harus dicari kelemahan Raja Raden Anyan yang mempunyai kharisma kuat. Pada pelayanan berikutnya, Laksamana Mpu Nala membawa serta seorang panglima perangnya yang bernama Demang Wiraja dengan memakai nama samaran Tuan Andringau, serta beberapa prajurit dari suku Kalang.

Hasil pengamatan Demang Wiraja dilaporkan kepada Laksamana Mpu Nala. Demikianlah pada awal tahun 1356, Laksamna Mpu Nala datang lagi ke Nansarunai dengan membawa serta istrinya bernama Damayanti. Sewaktu kembali ke Majapahit, sengaja Laksamana Mpu Nala membiarkankan isterinya tinggal di Nansarunai.

Damayanti berwajah sangat cantik dan pribadinya menarik. Pada tahun 1356 itu, terjadi kemarau panjang, sehingga Raja Raden Anyan secara kebetulan bertemu dengan Damayanti di sumur yang khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan. Pertemuan pertama berlanjut dengan kedua dan demikian seterusnya, sehingga Damayanti melahirkan seorang anak perempuan, lau diberi nama Sekar Mekar.

Pada awal tahun 1358, Laksamana Mpu Nala datang ke Nansarunai dan menemukan isterinya sedang menimang seorang anak perempuan. Damayanti yang memakai nama samaran Samoni Batu, menerangkan bahwa anak yang ada dipangkuaanya itu adalah anak anak mereka berdua.

Dan Laksamana Mpu Nala percaya saja akan apa yang telah dikatakan oleh isterinya itu. Ketika kembali ke Majapahit, Damayanti beserta anaknya dibawa serta, alau tinggal dipangkalan aramada laut Majapahit di Tuban. Beberapa bulan kemudian, Laksamana Mpu Nala secara kebetulan mendengar isterinya bersenandung untuk menidurkan puterinya dimana syair-syairnya menyebutkan bahwa Sekar Mekar mempunyai ayah yang sebenarnya ialah Raja Raden Anyan.

Bulan April 1358, datanglah prajurit-prajurit Majapahit, dibawah pimpinan Laksamana Mpu Nala dan Demang Wiraja menyerang Nansarunai. Mereka membakar apa saja termasuk kapal-kapal yang ada di pelabuhan dan rumah-rumah penduduk. Serangan itu mendapat perlawanan gigih prajurit-prajurit Nansarunai walaupun mereka kurang terlatih.

Pasukan Laut Mpu Nala


Menurut cerita, Ratu Dara Gangsa Tulen bersembunyi dipelepah kelapa gading bersenjata pisau dari besi kuning, bernama Lading Lansar Kuning. Ia banyak menimbulkan korban pada pihak musuh sebelum ia sendiri gugur.

Raja Raden Anyan dalam keadaan terdesak lalu disembunyikan oleh para Patih dan Uria kedalam sebuah sumur tua yang sudah tidak berair lagi. Diatas kepalanya ditutup dengan sembilan buah gong besar, kemudian dirapikan dengan tanah dan rerumputan, agar tidak mudah diketahui musuh.

Ketika keadaan sudah bisa dikuasai oleh pihak Majapahit, Laksamana Mpu Nala memerintahkan Demang Wiraja untuk mencari Raden Anyan hidup atau mati. Atas petunjuk prajurit-prajurit suku Kalang yang terkenal mempunyai indera yang tajam, tempat persembunyian Raja Raden Anyan akhirnya dapat ditemukan.

Raja Raden Anyan tewas kena tumbak Laksamana Mpu Nala dengan lembing bertangkai panjang. Peristiwa hancurnya Nansarunai dalam perang tahun 1358 itu, terkenal dalam sejarah lisan suku Dayak Maanyan yang mereka sebut Nansarunai Usak Jawa.

Dalam perang itu telah gugur pula seorang nahkoda kapal dagang Nansarunai yang terkenal berani mengarungi lautan luas bernama Jumulaha. Ia banyak bergaul dan bersahabat dengan pelaut-pelaut asal Bugis dan Bajau.

Untuk mengenang persahabatan itu, maka puterinya yang lahir ketika ditinggalkan sedang berlayar, diberi nama berbau Bugis yaitu La Isomena. Prajurit-prajurit Majapahit yang gugur dalam perang tahun 1358 itu, diper-abukan berikut persenjatan yang mereka miliki, didekat sungai Tabalong yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Tambak-Wasi.

Tambak arti kuburan dan Wasi artinya besi dalam bahasa Maanyan kuno. Sehingga Tambak-Wasi artinya adalah kuburan yang mengandung unsur besi.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form