Raden Yuyutsu

Yuyutsu
Yuyutsu


 Yuyutsu, salah satu saudara Kurawa yang mau belajar untuk melihat kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya serta berusaha untuk berubah. Sekian lama ia merasa bahwa apa yang terjadi di lingkungan Hastina melawan hati nuraninya. 

Dan saat terusirnya Pandawa dari Hastinapura, membuatnya berani menghadapi Duryudana yang selama ini ditakuti untuk mengutarakan ketidaksetujuannya. Namun kakaknya tetap keras kepala dan akhirnya Yuyutsu mundur lalu pergi keluar istana untuk menenangkan diri. 

Sesampainya di perbatasan sebelah barat Cempalareja, ia dijamu oleh saudaranya, Durmuka dan Drestaketi. Mereka berdua tinggal di situ, di sebuah gubug. Mereka meninggalkan Hastinapura karena mereka tidak setuju dengan Duryudana dan Sangkuni, pamannya, yang bersikap aniaya dan selalu memfitnah Pandawa. 

Adalah Yuyutsu yang berpendirian sama dengan mereka, yang kemudian sering mengunjungi mereka untuk mencurahkan isi hatinya dan bertukar pikiran. Durmuka dan Drestaketi adalah 2 dari sekian banyak Kurawa, yang tidak melibatkan diri secara langsung pada kancah perang Baratayudha. 

Selama Baratayudha, mereka menjalani hidup di gubug seperti biasa. Ketika Baratayudha usai dan Pandawa kembali menduduki Hastinapura, tersebar pengumuman agar seluruh Kurawa yang tersisa menyerahkan diri atau akan diburu dan ditangkap. 

Durmuka dan Drestaketi secara sukarela menyerahkan diri ke Hastinapura, adalah sikap seorang ksatria terhormat. Mereka menjadi tawanan beberapa hari dan kemudian diampuni Yudistira serta diperbolehkan kembali ke gubug. 

Mereka menjalani keseharian mereka di desa itu hingga akhir hayat. Yuyutsu yang melarikan diri dari perangpun, ia sukarela berangkat ke Hastinapura untuk menyerahkan diri. Setibanya di depan gapura, ia berhenti sejenak untuk membaca daftar nama-nama Kurawa yang diperkirakan masih hidup dengan seksama. 

Namun namanya tidak tertera pada daftar, ia dianggap mati. Diapun memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya di sebuah pegunungan terpencil. Disana ia mendirikan padepokan silat sederhana, melatih penduduk di desa itu. 

Dia mengakhiri jalan hidupnya dengan bertapa di puncak gunung hingga ia menghembuskan nafas terakhir dalam posisi yang masih duduk bersila dan tangan bersedaku.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form