Kisah cinta segitiga Sri Rama, Sinta dan Rahwana

 Sri Rama adalah pahlawan. Rahwana/Dasamuka adalah penjahat. Pemahaman ini sudah meluas di masyarakat, tapi ternyata ada sisi lain dibalik itu semua. Dalam sebuah cerita pasti ada sisi hitam dan putih.

Di sisi putih terdapat Sang Ramawijaya yang digambarkan sebagai sosok sempurna tanpa kekurangan. Wajah tampan rupawan, bijaksana, lembut, dan lain sebagainya. Sosok Rama terlalu sempurna untuk di deskripsikan.

Rahwana Sinta


Sedang di sisi hitam, terdapat Rahwana, Raja Alengka yang diceritakan sebagai pemantik kerusuhan dalam cerita ini. Digambarkan sebagai sosok raksasa dasamuka, yang dipersalahkan sebagai penculik Dewi Siinta. Kejam, troublemaker, dan keburukan keburukan lain terletak pada dirinya. Kebalikan dari Sang Rama Wijaya.

SISI DASAMUKA/RAHWANA

Prabu Dasamuka atau Rahwana, bila dibandingkan SiRama, memang tidak seimbang. Rahwana terkenal dengan wataknya yang tidak baik, dan Srirama adlah keblikannya dari Rahwana. Tetapi dilihat dari sisi mengerikan yang tampak darinya kenyataanya dia ialah raja yang luarbiasa. Digambarkan kalau kerajaan Alengka Sangat sejahtera dan nyaman.

Semua rakyatnya rela berkorban jiwa raga saat pasukan wanara yang komandani Aanoman menyerbu Alengka. Tidak hanya itu Rahwana ini mempunyai kepandaian serta kesaktian yang luar biasa besar. Ia lewat tapa brata yang sangat lama demi memperoleh kesaktian serta pengetahuan. Sehingga dia lupa dengan sayembara mempperebutkan Sinta saat ia masih bertapa. bukan tidak mungkin bahwa Sri rama bisa di tundukkan.

Terlihat jelas bagaimana kebaikan Rahwana setelah dia menculik Sinta serta dibawa ke Negara Alengka. Bertahun-tahun dia menyekap sinta, tapi Sinta diperlakukan bak seorang ratu oleh Rahwana. Walaupun ia dapat memaksa ataupun apalagi menodai Siinta, Rahwana sangat tidak ingin melakukannya.

Sinta adalah cinta sejatinya, dia hanya menuggu kata "iya" dari mulut Sinta

Menunggu merupakan perihal terbaik supaya Siinta tidak terluka hatinya. Supaya Sinta mencintai nya sepenuh hati. Sesuatu saat nanti. Meski dia sendiri pun tidak tahu.

Tiap hari Rahwana mendatangi Sinta dengan bermacam- macam puisi. Ia senantiasa memohon maaf sebab sudah menculiknya. itu semua si lakukan supaya Sinta bersedia jadi permaisuri, Walaupun Sinta senantiasa menolak.

SISI SRI RAMA/RAMAWIJAYA

Dibalik kesempurnaan Si Rama, banyak perihal yang nyatanya berkebalikan. Rama wijaya yang" katanya" pangeran sempurna itu tidak diberi dorongan sedikitpun oleh kerajaannya buat menjemput kembali si dewi. Malah cuma dibantu oleh pasukan kera pimpinannya Hanoman.

Itu juga didapat sebab dia menolong Sugriwa serta Hanoman menggulingkan Subali yang notabene penguasa Kerajaan Kiskenda. Yang dicoba dengan metode membokongnya melalui balik. Ini pasti bukan aksi seseorang ksatria. Kemudian gimana bisa jadi dapat diucap benar menggulingkan pemerintahan yang legal?

Tidak hanya itu, terdapat kekecewaan yang dialami Sinta sebab yang menjemputnya bukan si pujaan hati. Si Rama cuma mengutus Hanoman. Sehingga si Sinta enggan buat turut, jika Rama tidak congkak buat turun langsung menjemput, pasti peperangan dapat dicegah.

Yang sangat aneh kala si dewi sudah kembali dipelukannya. Si Ramawijaya terhasut omongan rakyat sehingga tidak mempercayai kesucian Sinta sebab sudah bertahun- tahun di istana Rahwana. Walaupun berkali kali Dewi Sinta berkata kalau sepanjang di Kerajaan Alengka ia tidak sempat dijamah oleh Rahwana, Si Rama senantiasa tidak yakin.

Buat meyakinkannya, si dewi kesimpulannya terjun ke dalam bara api. Lebih aneh lagi kala si dewi selamat serta tidak tersentuh api sedikitpun yang mengisyaratkan kalau dia memanglah setia melindungi kesucian dari Rahwana, malah Ramawijaya senantiasa mengusirnya. Apakah ini yang ditafsirkan selaku cinta sejati?

Rama merupakan pahlawan. Rahwana merupakan penjahat. Uraian ini telah meluas di warga, tetapi nyatanya terdapat sisi lain dibalik itu seluruh. Dalam suatu cerita tentu terdapat sisi gelap serta putih.

Di sisi putih ada Si Ramacandra yang ditafsirkan selaku wujud sempurna tanpa kekurangan. Wajah tampan rupawan, bijaksana, lembut, serta lain sebagainya. Wujud Rama sangat sempurna buat di deskripsikan.

Sinta dan Rahwana


Lagi di sisi gelap, ada Rahwana, Raja Alengka yang dikisahkan selaku pemantik kerusuhan dalam cerita ini. Ditafsirkan selaku wujud raksasa dasamuka, yang dipersalahkan selaku penculik Dewi Sinta. Kejam, troublemaker, serta keburukan keburukan lain terletak pada dirinya. Kebalikan dari Si Rama Wijaya.

AKHIR CERITA

Apa yang tiba dari hati, tentu hingga ke hati. Sekejam apa juga Rahwana, ketulusannya pelan- pelan dialami oleh Sinta.

Sepanjang dirinya di Alengka, Rahwana berganti jadi baik serta murah senyum sehingga mengganti atmosfer kerajaan jadi baik pula serta penuh kedamaian. Sinta mulai tergoda tetapi di sisi lain ia tidak ingin mengkhianati suaminya.

Tetapi, sekian tahun lamanya, mengapa Rama tidak kunjung pula menyelamatkannya? Apakah suaminya telah tidak mencintainya lagi?

Dalam diam Rahwana serta Sinta silih bicara,

" Tidakkah kau pula mencintaiku Sinta? Tidakkah kau mengingatku walaupun sedikit saja, selaku laki- laki yang sempat kau cintai hingga mati." tanya Rahwana

" Saya sesungguhnya pula mencintaimu. Tetapi saya terikat dengan Rama. Bila kalian mencintaiku, tolong relakanlah saya serta kembalikanlah saya." balas Sinta

Perkata Sinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Karena, sepanjang hidupnya, cuma perkata seperti itu yang dinanti.

Kesimpulannya Rahwana memutuskan berduel dengan Rama. Apabila dia kalah, hingga dikembalikanlah Dewi Sinta ke dekapan Si Rama.

Kala Rama tiba dengan Balatentara Wanara serta Hanoman, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya.

“ Saya menyayangi Sinta, Rama! Saya hendak melaksanakan apa juga untuknya. Saya betul- betul mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya cuma sebab sukses memenangkan sayembara. Seluruh perbuatanku yang kau sebut‘ mengacau’ sesungguhnya merupakan usahaku dalam rangka memperoleh cintaku kembali"

Dengan dibantu Hanoman, Rama sukses mengalahkan Rahwana serta membunuhnya. Sinta juga kembali jadi miliknya.

Ia lari menghambur ke dekapan Rama. Tetapi, sambutan Rama malah tidak ia duga. Rama termakan omongan rakyat, jangan- jangan Sinta sudah dinodai Rahwana. Berulang kali Sinta menarangkan kalau dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali juga sempat menyentuhnya. Tetapi Rama tidak pula yakin. Sampai kesimpulannya, Sinta nekat meyakinkan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api.

Sebab ia masih suci, api tidak dapat membunuhnya. Walaupun semacam itu, senantiasa saja Rama mengusir Sinta yang nantinya hendak hingga di Pertapaan Walmiki.

Tinggal setelah itu sukma Rahwana yang menangis sejadinya sebab nestapa cinta. Mengapa takdir tidak memilihnya? Andai ia turut sayembara pastilah Sinta jadi miliknya, Mengapa pula Sinta memilah laki- laki yang tidak mempercayainya 100 persen? Sedangkan untuk Rahwana, Sinta ternoda ataupun tidak, menawan ataupun tidak ia senantiasa hendak mencintainya.

Disudut lain yang tidak nampak, Sinta tersedu pilu sebab Rahwana telah tidak terdapat lagi di dunia yang ditempatinya, tidak menghisap lagi hawa yg dihirupnya.

" Tuhan, apabila cintaku pada Sinta terlarang, kenapa kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku?" Rahwana.

Kayaknya kita sendiri wajib memikirkan kembali mana yang gelap serta yang putih. Dan mengingat kalau sejatinya tidak terdapat yang benar benar putih ataupun benar benar gelap. Sebab apa yang kita amati belum pasti seperti itu yang sesungguhnya terjalin.

1 Comments

  1. Sri Rama hanya bisa mendapatkan Dan menikmati tubuh Sinta, tapi "hatinya" hanya untuk Rahwana. Kisah yg sangat indah

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form