Dursasana Gugur


Raden Dursasana 3


 Dalam kisah pewayangan Jawa, kematian Dursasana lebih dramatis. Dikisahkan setelah kematian putra Duryudana yang bernama Lesmana Mandrakumara pada hari ketiga belas, Dursasana diangkat sebagai putra mahkota yang baru, namun Duryudana melarang Dursasana untuk ikut berperang dan menyuruhnya pulang untuk pulang ke Hastinapura untuk menjaga Dewi Banowati, istrinya.

Banowati yang merasa risih dengan kehadiran Dursasana menghina adik iparnya itu dengan menyebutnya sebagai pengecut yang lari dari perang. Dursasana ganti membongkar perselingkuhan Banowati dengan Arjuna, ia menuduh Banowati sebagai mata-mata dari Pandawa karena lebih menyesali kematian Abimanyu putra arjuna dibanding kematian anaknya sendiri, Lesmana.

Karna tidak tahan dihina sebagai seorang pengecut yang takut mati, Dursasana pun kembali ke Kurukshetra dan bertarung melawan Bima. Dalam pertarungan tersebut Dursasana kalah lalu melarikan diri di dalam sebuah sungai (Cinging Gumuling), Bima yang mengejar bermaksud menceburkan dirinya ke dalam sungai tersebut namun dicegah oleh Krishna.

 Menurut Krishna sungai itu telah diberi mantera oleh Resi Drona, jika ada salah seorang dari keluarga Pandawa yang masuk ke dalam sungai tersebut maka ia akan bernasib sial. Dursasana yang muncul kembali ke daratan mengejek nama Pandu, hal ini membuat Bima semakin murka lalu mengejarnya, namun Dursasana dengan lihainya menceburkan dirinya ke dalam sungai tersebut.

Hal itu berlangsung hingga berkali-kali, sampai akhirnya muncul arwah dari dua orang tukang perahu yang bernama Tarka dan Sarka yang pernah dibunuh oleh Dursasana sebagai tumbal kemenangan Kurawa.

Ketika Dursasana muncul dan kembali ke daratan lalu mengejek Bima, para arwah itu menjegal kaki Dursasana sehingga ia tersungkur dan tidak sempat bersembunyi dalam sungai bermantera tersebut. Melihat hal itu Bima langsung menerjang Dursasana, lalu menjambak rambutnya sambil menyeretnya menjauh dari sungai Cincing Gumuling.

Melihat adiknya disiksa oleh Bima, Duryodana memohon agar Bima mengampuni dan membebaskan adiknya itu, bahkan ia menjanjikan perang akan berakhir saat itu juga dengan kemenangan Pandawa.

Ia pun merelakan Hastina dan Indraprastha dikuasai Pandawa jika Bima melepas adiknya. Mendengar ucapan Duryudana, Bima mulai bimbang namun Krishna mengingatkan Bima akan sumpahnya dan berkata bahwa Pandawa tetap akan menang tanpa harus mendengarkan ucapan Duryodana.

Bima kemudian menendang tubuh Dursasana yang membuatnya terpental cukup jauh, ia pun kemudian menarik kedua lengan Dursasana hingga terpotong, lalu merobek dada Dursasana dan mengambil darahnya untuk diminum.

Pada saat itu Drupadi muncul ditemani para Pandawa yang lain, ia mengambil darah Dursana lalu mengucurkannya pada rambut Drupadi sebagai bentuk pelunasan sumpah Drupadi yang akan berkeramas dengan darah orang yang telah menghinanya.

Setelah kekalahan Kurawa, Kerajaan Hastina jatuh ke tangan Pandawa, dan Bima menempati istana tempat tinggal Dursasana yaitu Banjar Junut.

2 Comments

Previous Post Next Post

Contact Form