BATHARA KAMAJAYA DAN BETHARI KAMARATIH Simbol kerukunan Suami Istri

Kamajaya dan Kamaratih

 Kamajaya dan Kamaratih atau Dewi Ratih dikenal sebagai dewa-dewi cinta yang menjadi simbol kerukunan suami istri. Pasangan Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih ini tinggal di Kahyangan Cakrakembang.

Kamajaya adalah Dewa Cinta putera Sang Hyang Ismaya. Ia berparas elok, berbudi luhur, jujur, berhati lembut dan penuh kasih kepada istrinya. Begitu Juga dengan Kamaratih atau Dewi Ratih, ia adalah puteri Sang Hyang Resi Soma. Ia berparas sangat cantik dan berwatak seperti suaminya. Pasangan dewa-dewi ini saling menyayangi, mecintai, sangat rukun dan selalu menjaga kesetiaan lahir dan batin. 

Kasih sayang dan kerukunan mereka sebagai suami istri itu menjadikan mereka sebagai symbol kerukunan suami istri. Sehingga pada acara pernikahan masyarakat Jawa, sering terdengar wejangan untuk kedua mempelai agar pasangan suami istri tersebut bisa saling mencintai, rukun dan setia seperti Kamajaya dan Kamaratih. 

Alkisah, Kahyangan akan diserbu oleh bala tentara raksasa yang dipimpin oleh Raja Nilarudraka. Para dewa tidak mampu untuk menghadapi kesaktian Raja Nilarudraka. Seluruh dewa yang ada panik dan bingung bagaimana cara mengatasi bahaya itu, karena saat itu Batara Guru sedang bertapa.

Para dewa kemudian mengadakan musyawarah  keputusannya menunjuk Batara Kamajaya untuk membangunkan Batara Guru dari tapanya. Maka berangkatlah Batara Kamajaya ke pertapaan Batara Guru.

Sesampainya di pertapaan, Batara Kamajaya tidak berani mendekat untuk membangunkan Batara Guru. Maka ia menemukan akal untuk membangunkan sang raja Dewa tersebut. Kamajaya menggunakan panah bunga, yang bisa menyebarkan wangi-wangian bunga.

 Tetapi usahanya tidak berhasil. Maka ia kemudian menggunakan panah Panca Wisaya yaitu panah yang bisa menimbulkan rasa rindu kepada orang yang dituju. Seketika batara Guru timbul rasa rindunya kepada permaisurinya Dewi Uma. Batara Guru terbangun dari tapanya, tetapi betapa marahnya ia, ketika yang ia jumpai bukanlah Dewi Uma tetapi Batara Kamajaya.

Batara Guru memandang Batara Kamajaya dengan mata ketiga yang ada di dahinya. Pandangan itu memancarkan api yang menyala-nyala sehingga membakar Bathara Kamajaya hingga mati.

Dewi Ratih yang mendengar kabar bahwa suaminya mati terbakar sangat bersedih hati. Ia kemudian menysul ke tempat dimana suaminya terbakar. Ia memohon kepada Bathara Guru agar dibakar seperti suaminya, namun Bathara Guru menolak.

 Dewi Ratih pun langsung menghampiri suaminya yang apinya masih menyala-nyala hingga ia ikut terbakar. Pasangan suami istri dewa-dewi ini pun kembali menyatu dalam kobaran api tersebut.

Mengetahui kejadian itu, seluruh dewa berduka cita. Para dewa berusaha untuk memohonkan ampun atas kesalahan yang diperbuat Batara Kamajaya dan Batara Guru berkenan untuk menghidupkan kembali Batara Kamajaya dan Kamaratih.

Namun, Batara Guru tidak bisa mengabulkan permohonan itu. Namun Batara Guru berkenan memutuskan agar Batara Kamajaya tinggal pada setiap hati atau rasa orang laki-laki dan Dewi ratih tinggal pada setiap hati /rasa orang perempuan. Sehingga timbullah kelestarian, kedamaian dunia karena  antara laki-laki dan perempuan selalu timbul rasa cinta kasih.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form