Begawan Abiyasa leluhur Pandawa dan Kurawa

 Ketika Wicitrawirya meninggal dunia. Dewi Satyawati sangat sedih. Dia teringat ketika awal menikah dengan Prabu Sentanu. Dia membuat syarat bahwa yang menjadi penerus kerajaan Hastinapura harus dari keturunannya. Ternyata, Semua anak dari Prabu Sentanu meninggal dunia semua. Dia menghiba agar Bisma mau jadi raja Astinapura. Ternyata, Dewabrata sudah nyaman menjomblo sampai akhir hayat (Brahmacarin).

Abiyasa


Dewi Satyawati tidak kehilangan akal. Dia teringat bahwa masih punya anak dari keturunan Resi Palasara. Anaknya yang sudah menjadi Begawan. Dia bernama Begawan Abiyasa.  Begawan Abiyasa ini memang sakti. Begawan ini mampu memberi keturunan kepada para istri Wicitrawirya (Ambika dan Ambalika) tanpa harus bersetubuh tapi cukup melangsungkan suatu Yajna (Upacara Suci).

Ambika mendapat giliran pertama melakukan Yajna. Karena Begawan Abiyasa memang bukan Ksatria namun seorang pertapa. Ambika menutup mata secara spontan karena takut dengan sang Begawan. Sang begawan mengatakan bahwa anak Ambika akan terlahir dalam keadaan Buta, Dewi Satyawati sebenarnya sudah mengingatkan Ambika untuk jangan menutup mata. Karena sang dewi udah mengetahui konsekuensi dari menutup mata.

Ambalika belajar dari pengalaman Ambika. Dia bertekad tidak menutup mata. Ambalika ternyata ketakutan dan wajah pucat pasi ketika ketemu Begawan Abiyasa. Namun, Ambalika kedua matanya tetap terbuka,Tidak buta. Tapi, Sang begawan mengatakan anak Ambalika akan terlihat pucat. 

Dewi Satyawati masih belum menyerah. Ambika dan Ambalika diminta menghadap lagi ke Begawan Abiyasa. Sayang, Mereka udah menyerah. Mereka berdua meminta seorang dayang untuk mewakili mereka. Dayang itu bersikap tenang selama upacara berlangsung. Anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kekurangan apapun. Dia bernama Widura.

Ambika melahirkan anak yang buta. Dia adalah Destarata. Kelak anak keturunan dari Destarata disebut dengan Korawa. Ambalika melahirkan anak yang lemah. Dia adalah Pandu. Anak keturunan dari Pandu disebut dengan Pandawa. Dua trah ini yang memperebutkan kerajaan Astinapura dalam sebuah perang yang disebut perang Baratayudha.

Begawan Abiyasa


Ambisi Dewi Satyawati terhadap keturunannya menyebabkan peperangan diantara mereka sendiri. Bahkan skenario perang besar ini sudah tertulis dalam sebuah kitab yang disebut kitab Jitabsara. Ini sebuah pesan filosofis. Bahwa menjalankan hidup lebih baik Narima Ing Pandum daripada memperturutkan hawa nafsu. Karena kita tidak tahu akibat dari nafsu duniawi yang ada di dalam diri kita sendiri.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form